Assalamualaikum Wr Wb
Tentang Aku
…
“Aku hanyalah insan biasa yang punya keinginan … untuk menyeimbangkan tugas dan tanggung jawabku sebagai anak, … istri …, Ibu …, juga karyawan … secara maksimal … semoga Allah SWT selalu menyertai dan melindungi di setiap langkahku … Aamiin!”
…
Sesuatu untukmu … Untuk ibuku … Abu
“Kenanglah seseorang yang menyayangimu …”
Yang selalu meneteskan air mata ketika kita pergi …
Yang rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu, dia yang menahan laparnya demi membuatmu kenyang, dia menahan kemarahannya demi membuatmu nyaman, dia yang menahan kesedihannya demi kebahagiaanmu, dalam kondisi apapun dia tetap bertahan untuk masa depanmu …
Ingatkah engkau ketika jemari seseorang mengusap lembut kepalamu..? Dan ingatkah engkau ketika air mata menetes saat … melihatmu terbaring sakit..?
Dia yang selalu menantikan kepulanganmu … yang selalu rindu akan senyumanmu. Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa … Segeralah jenguk dia yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut.
Jangan biarkan engkau kehilangan saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika dia telah tiada … Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita … Tak ada lagi senyuman indah tanda bahagia …
Tak ada lagi yang meneteskan air mata mendo’akanmu di setiap hembusan nafasnya … Kembalilah segera … pada yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya. Sahabat … berdo’alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya. Jangan biarkan engkau menyesal di masa datang, kembalilah pada seseorang yang selalu menyayangimu … Kenanglah semua cinta dan kasih sayang ibumu …
Merantau
Oh ibuku, hatiku pilu
Seorang diri
Bila kuingat
Masa yang t’lah silam
Ku dibesarkan, oleh ibuku
Di kampung halamanku
Tapi kini hanya
Kenangan yang kualami
Kini kududuk seorang diri
Di malam sunyi
Terdengar olehku suara gitar
Mengalun
Kuteringat, ayah bundaku
Yang t’lah tiada kini
Selamat tinggal kampung halamanku
Abadi
“Mengenang … 7 Agustus 2018”
Assalamu’alaikum…. Untuk suamiku tercinta : Jazakallah Khair… atas semua dukungan dan bimbinganmu
Seindah Perjalanan Seribu Cabaran
Seindah kehidupan
Kurniaan-Nya hanya tercapai
Setelah mengarungi
Seribu cabaran penuh kepahitan
Seketika merasai kepahitan hidup
Berserah pada-Nya bersama usaha
Perancangan penuh harapan
Agar hari muka bersulam keindahan
Sejenak menanti kepastian
Terisi dalam arti persahabatan
Masihkah akan berterusan
Ikhlas rasa hati berserikan kasih
Setelah mengenali diri ini
Kekurangan dalam perjalanan
Mencari kesempurnaan kehidupan
Seketika berpaling menoleh ceritra silam
Terasa kesyukuran dengan kenikmatan
Kurniaan-Nya biar bukan arti kemewahan
Namun di hati terasa kebahagian jua
Seketika menanti teman kehidupan
Sudikah kiranya menghayati rasa
Seindah kehidupan seribu perjalanan
Seandainya kasih ini kurniaan-Nya
Sedia ku terima seadanya
Bersama rasa keyakinan pada arti
Sebuah harapan kebahagian mendatang
Seketika termenung merenungi
Kesudahan perjalanan seribu cabaran
Pasrahlah pada-Nya di situ harapan
Ketentuan yang maha adil
Penuh arti kebahagiaan selamanya
Sehingga itu…..
Berdoalah pada-Nya pada kurniaan
Seindah kebahagian yang diimpikan
Kurniaan-Nya insan teman yang sejati.
“Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui”. – Anonim
Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan namun bagaimana bertanding dengan baik. – Baron Pierre De Coubertin
Tuk Ibuku Tercinta …
Saat kuterjaga menjelang pagi… Saat kudapat “sesuatu”, selalu wajahmu membayang Abu ku tak dapat membalas budimu … bisikku Yang dapat kusampaikan salam hormatku … dan pinta maaf atas kehadiranku,serta do’a pada-Nya yang tak pernah putus. Terngiang senandung selalu …
“Bunda”
Kubuka album biru Penuh debu dan usangKupandangi semua gambar diri Kecil bersih belum ternoda Pikirku pun melayang Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku Kata mereka diriku s’lalu dimanja Kata mereka diriku s’lalu ditimang Nada-nada yang indah S’lalu terurai darimu Tangisan nakal bibirku
Tak ‘kan jadi deritamu
Tangan halus dan suci
T’lah menangkap tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan
Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang
Oh Bunda ada dan tiada
Dirimu ‘kan selalu ada di dalam hatiku
Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Kata mereka diriku s’lalu dimanja
Kata mereka diriku s’lalu ditimang
Oh Bunda ada dan tiada
Dirimu ‘kan selalu ada di dalam hatiku…
“Ibu”
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Tuk Anak – Anakku Tersayang … Anakku tahukah kau apa yang kupikirkan ketika aku menimangmu?
“Ketika Ku Menimangmu”
Anakku kau bukanlah milikku
Kau adalah putra-putri kehidupan
Yang mendambakan kehidupanmu sendiri
Kau datang melalui kami tapi tidak dari kami
Meskipun kau bersamaku
Namun bukanlah milikku
Aku bisa memberikan cintaku
Tapi tidak kehendakku
Aku bisa memberi tempat bagi ragamu
Namun tidak bagi jiwamu
Karena jiwamu ada di masa depan
Yang tak bisa kucapai meski dalam mimpi
Aku bisa mengikuti duniamu Tapi tak berharap kau ikuti duniaku Karena dunia ini tidaklah mundur dan tidak pula berhenti
Aku ibarat busur
Dan anak-anakku meluncur seperti anak panah
Pemanah membidik sasaran yang sangat jauh
Dan dia melenturkan busur itu dengan kekuatan-Nya
Agar anak panah bisa melesat cepat dan jauh
Meninggalkan busur yang tetap dalam genggaman
Pemanah bangga akan anak panah yang meluncur itu
Begitu pula busur yang tetap pada kodratnya
Sesungguhnya seseorang bisa disebut mandiri bukan lantaran ia sudah tidak lagi meminta, tapi lebih karena ia sudah bisa memberi harapan akan kembali diberi. – Anonim
Seorang konsultan psikologi paling jenius sekalipun tidak lebih mengerti tentang pikiran dan keinginan kita lebih daripada diri kita sendiri. – Anonim
Tuk Sahabat – Sahabatku Salam hormat …
“PERTEMUAN” Jabat tangan sahabat Kepadamu kuucap selamat Dan beribu maaf Kupinta atas setiap dosa.
Jabat tangan sahabat Kepadamu kuucap selamat
Mari kita catat pada masing-masing dada
Bahwa pertemuan pernah hadir diantara kita.
Jabat tangan sahabat
Kepadamu kuucap selamat
Kenang daku di hatimu
Seperti aku ingat akan dirimu.
Jabat tangan sahabat
Kepadamu kuucap selamat
Dan bersama semilirnya angin malam
Kepadamu kusampaikan salam penuh hormat,sayang dan kerinduan.
“JADILAH YANG TERBAIK”
Andaikata anda tidak mungkin menjadi pucuk cemara di puncak bukit sana. Jadilah saja perdu di lembah,perdu yang terbaik di sisi bukit.Biarkanlah jadi belukar bila tak mungkin jadi pohon.
Andai tak mungkin jadi perdu,jadilah rumput hiasi jalan raya
Bila tak mungkin tumbuhan rambat sedap ,Jadilah serat berguna,
Tetapi serat terkuat di tepi danau.
Tidak semua kita jadi nahkoda.Siapakah yang akan menjadi awak ?
Setiap orang mempunyai peran.Ada tugas besar, ada tugas kecil.
Tugas kita masing-masing adalah yang utama
Bila tak mungkin jalan tol,jadilah anda jalan setapak.
Bila tak mungkin mentari,jadilah anda bintang.
Berhasil atau gagal bukan ukuran.
Apapun jua jadilah yang terbaik
Jangan biarkan jati diri menyatu dengan pekerjaan Anda. – Gordon Van Sauter
Do all the goods you can, All the best you can, In all times you can, In all places you can, For all the creatures you can. – Anonim
Dunia adalah komedi bagi mereka yang melakukannya, atau tragedi bagi mereka yang merasakannya. – HoraceWalpole
Mutiara, … tak sengaja kutemukan … “Sombong? ke Laut aja …”
Ungkapan Mama Dedeh (Ustadzah Dedeh), bahwa setiap manusia akan menerima ujian dari Allah dan tinggal bagaimana cara kita menyikapi atau memaknai ujian tersebut. Ada dua macam ujian yaitu ujian yang “hasanah” dan ujian yang “syaiah”. Termasuk di dalam peristiwa ujian “syaiah” misalnya musibah sakit, usaha bangkrut, ditipu orang, kecelakaan, bencana dan sebagainya. Ujian yang “hasanah” contohnya antara lain “naik pangkat dan jabatan gratis…”, atau “dapat penghargaan dan pujian gratiiis…”, atau “dapat istri gratiiiis…”, atau “dapat rumah baru gratiiiis…”. Tersenyum simpul sendiri saat mendengar ungkapan “dapat istri gratis”, namun, benar adanya… Memiliki seorang istri atau suami bagi setiap hamba Allah adalah ujian, dan bisa jadi ujian yang “syaiah” atau ujian yang “hasanah” tergantung dari kenyataan yang kita hadapi di dalam rumah tangga masing-masing. Berumah tangga ?…, bahwa apapun keadaannya bagi setiap suami atau istri, memiliki pasangan hidup itu adalah juga ujian dari Allah SWT, agar dapat berbakti serta tetap mencintai-Nya. Sehingga merespon ujian (terutama yang “syaiah”) dengan kemarahan, kekesalan, umpatan, keluhan, kekerasan, penghianatan bahkan dengan hujatan tidak saja kepada pasangannya, akan tetapi juga banyak yang mengalamatkan kepada Sang Pemberi Ujian yaitu Allah Swt. Astaghfirullahaladziim… Mungkin saya pernah melakukannya, karena ketidakfahaman, keterbatasan akan makna ujian yang diberikan Sang Maha Kasih kepada hamba-Nya. Namun tidak berkecil hati, karena saat saya tidak lulus pada ujian yang satu, maka dihadapan saya telah disajikan ujian berikutnya, sehingga kita memperoleh peluang untuk selalu meningkatkan kualitas (Quality improvement) keimanan kita. Dan janganlah pernah berpikir bahwa saat kita mampu menghujat setiap ujian yang datang, maka ujian berikutnya akan berhenti menghampiri kita… Ujian diposisikan seperti ini, ujian menjadi hak dari setiap manusia, sehingga sifat keadilan dan kesetaraan pemberian Allah, dapat dinikmati oleh setiap hamba Allah, siapapun dia, setinggi apapun jabatan atau pangkatnya, sekaya apapun harta duniawinya, dan last but not least sepandai atau secerdas apapun otak bagian kirinya (lobus sinestri cerebrum). Oleh karena itu hendaknya kita tidak terpeleset untuk menggugat ujian yang menjadi hak kita sendiri. Akan lebih baik manakala mensikapi setiap ujian yang diterima, menjalaninya dengan sabar, ikhlas, tawakal, amanah dan senantiasa mensyukuri datangnya ujian tersebut. Sifat yang pandai mensyukuri pemberian (ujian) Allah, disebut dengan “syakiir” sedangkan sifat yang lebih dan lebih lagi mensyukuri nikmat Allah, disebut dengan “syakur”. Identitas hamba Allah yang “syakur” dapat dilihat dari sikapnya saat menghadapi ujian Allah, misalnya mendapatkan penyakit, kemudian dari hasil evaluasi diri (self evaluation) seseorang mampu mensyukuri datangnya sakit tersebut, bukan sebagai malapetaka, akan tetapi sebagai peringatan Allah, bahwasanya Allah tetap memberikan perhatian dengan segenap cinta-Nya kepada kita. Rasa syukur yang terungkap dari seorang hamba yang “syakur” tercermin secara otomaticly dari style bicaranya, isi pembicaraannya, bahkan sampai pada mision dari buah pikirannya. Subhanallah , Maha Suci Allah…
Wassalam
from secret admier
Filed under: Uncategorized |
Tinggalkan komentar